Laman

Kamis, 08 November 2012

Proses Absorbsi, Distribusi, Dan Eksresi Zat Asing

1. Latar Belakang Kerja dan efek samping setiap obat bergantung pada konsentrasi obat tersebut dalam jaringan tubuh. Setiap obat memiliki sebuah kisaran terapeutik/kisaran yang dikehendaki untuk konsentrasi obat tersebut dalam plasma. (kisaran terapeutik = efek toksik, kisaran terapeutik = obat tidak menghasilkan efek yang dikehendaki). Konsentrasi setiap obat dalam plasma dan jaringan tubuh bergantung pada cara obat tersebut diperlakukan oleh tubuh. Tubuh menangani semua obat melalui tahapan-tahapan: -absorpsi -distribusi -biotransformasi/metabolisme - ekskresi
Gambar 1. Bagian Proses Farmakokinetika Proses Invasi, yaitu : Proses-proses yang berlangsung pada pengambilan suatu bahan obat ke dalam organisme (absorpsi, distribusi). Proses Eliminasi, yaitu : proses-proses yang menyebabkan penurunan konsentrasi obat dalam organisme (biotransformasi, ekskresi). 2. Aliran Toksikan ke dalam Tubuh Setelah mengalami perjalanan panjang dalam lingkungan maka toksikan akhirnya secara umum akan masuk ke dalam tubuh melalui jalur pencernaan (ingestion), pernapasan (inhalation) dan kontak dengan kulit (dermal). Namun secara khusus dengan rekayasa manusia sendiri, toksikan dapat pula masuk ke dalam tubuh dengan jalan intravenous, intraperitoneal, subtaneous, dan intramuscular. Secara garis besar perjalanan toksikan dapat diperiksa pada gambar di bawah ini:
Gambar 2. Rute pada proses absorpsi, distribusi, dan ekskresi toksikan dalam tubuh 3. Absorpsi Absorpsi merupakan proses yang membuat obat tersedia di dalam cairan tubuh untuk didistribusikan. Absorpsi suatu obat adalah: Pengambilan obat dari permukaan tubuh/dari tempat-tempat tertentu dari organ dalam → ke aliran darah → terjadi distribusi obat ke dalam organisme keseluruhan.
Gambar 3. Proses absorsi suatu obat didalam tubuh 3.1 MekanismeAbsorpsi Penghalang utama yang merintangi absorpsi dan distribusi obat meliputi: dinding usus, dinding pembuluh kapiler, membran sel dan sawar darah/otak, dan plasenta. Di tubuh manusia, obat harus menembus sawar (barrier) sel di berbagai jaringan. Umumnya, obat melintasi lapisan sel ini dengan menembusnya, bukan dengan melewati celah antar-sel. Peristiwa ini dlm proses farmakokinetik adalah transport lintas membran. 3.2 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Absorpsi Kecepatan absorpsi dan jumlah absorpsi bergantung kepada faktor-faktor: 1) sifat fisikokimia bahan obat, terutama sifat kelarutannya, 2) besar partikel dan permukaan jenis, 3) sediaan obat, 4) dosis, 5) rute pemberian dan tempat pemberian, 6) waktu kontak dengan permukaan absorpsi, 7) besarnya luas permukaan yang mengabsorpsi 8) nilai pH dalam darah yang mengabsorpsi, dan 9) aliran darah organ yang mengabsorpsi. Absorpsi kebanyakan obat terjadi secara difusi pasif. Umumnya absorpsi dan distribusi obat terjadi secara difusi pasif. Mula-mula obat harus berada dalam larutan air pada permukaan membran sel, kemudian molekul obat akan melintasi membran dengan melarut dalam lemak membran. Pada proses ini, obat bergerak dari sisi yang kadarnya lebih tinggi ke sisi lain. Setelah taraf mantap (steady state) dicapai, kadar obat bentuk non-ion di kedua sisi membran akan sama. 4. Distribusi Distribusi merupakan perjalanan obat ke seluruh tubuh. Proses ini dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya: 1) Pengikatan protein plasma; 2) Kelarutan obat dalam lipid (yaitu, apakah obat tersebut larut dalam jaringan lemak); 3) Sifat-keterikatan obat; 4) Aliran darah ke dalam organ dan keadaan sirkulasi; 5) Kondisi penyakit 5. Biotransformasi Biotransformasi atau metabolisme obat ialah proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan dikatalisis oleh enzim. Pada proses ini molekul obat diubah menjadi lebih polar → lebih mudah larut dalam air dan kurang larut dalam lemak, sehingga lebih mudah diekskresi melalui ginjal. Gambar 4. Biotransformasi obat dalam tubuh organisme 6. Metabolisme Obat Sebagian besar metabolisme obat berlangsung dalam hati. Proses metabolisme memungkinkan tubuh untuk menghadapi zat-zat asing dan melakukan detoksifikasi. Semua obat yang diberikan lewat mulut harus melintasi hati sebelum mencapai sirkulasi. Proses metabolisme obat sangat bergantung pada enzim-enzim hati. Metabolisme dalam hati berlangsung lewat 2 tahap : 1. Produk pencernaan ditransformasikan oleh metabolisme atau detoksifikasi; 2. Kemudian metabolitnya dibuat larut dalam air (oleh proses konjugasi [glosarium]) agar metabolit tersebut dapat diekskresikan lewat ginjal. Aktivitas enzim-enzim hati dipengaruhi oleh:  Susunan genetik/tendensi familial  Lingkungan hati, yaitu apa yang mencapai hati dari usus dan sirkulasi  Gangguan faal hati 6.1 Laju Metabolisme Laju metabolisme dipengaruhi oleh enzim-enzim hati. Bergantung pada apa yang dikonsumsi, kerja enzim-enzim hati dapat dipercepat (diinduksi) atau diperlambat (diinhibisi atau dihambat). Obat-obat seperti: rifampisin, barbiturat, fenitoin, karbamazepin, alkohol, kafein serta tembakau dan makanan tinggi protein → mempercepat kerja enzim-enzim hati. Artinya setiap obat yang dieliminasi oleh enzim ini akan dimetabolisme lebih cepat sehingga menjadi tidak begitu efektif lagi. 7. Ekskresi Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi atau dalam bentuk asalnya. Obat/metabolit polar dieksresi lebih cepat daripada obat larut lemak. Ekskresi kebanyakan obat bergantung pada ginjal, sebagian obat lain diekskresikan lewat empedu, contoh: kortikosteroid dan estrogen. Ekskresi di ginjal merupakan hasil dari 3 proses: 1. Laju filtrasi di glomerulus/glomerular filtration rate (GFR), 2. Sekresi aktif di tubuli proksimal, dan 3. Reabsorpsi pasif di tubuli proksimal dan distal   Daftar Pustaka Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran – Universitas Indonesia, 1995, Farmakologi dan Terapi Edisi4 ,Gaya Baru , Jakarta. H.J. Mukono. 2005. Toksikologi Lingkungan. Surabaya : Airlangga Univarsity Press Katzung, Bertram G., 2004, Farmakologi: Dasar dan Klinik, Edisi Ketiga, Jakarta: Penerbit EGC. Mutschler, Ernst. 1991. Dinamika Obat. Penerjemah: Dr. Mathilda B. Widianto, Dr. Anna Setiadi Ranti. Penyunting: Dr. Kosasih Padmawinata. Edisi ke-5. Penerbit ITB, Bandung. www.google.co.id – Dr.Mansyur,DAKK. 2002. Toxicology dan Ekskresi Agent- Agent Toksis. Universitas Sumatra Utara

Selasa, 06 November 2012

born to learning

well,
tak semua yang tergambar adalah fakta, 
tak semua yang terdengar adalah realita,
hidup berlanjut dari impian, toleransi, dan keinganan

mencintai indah, dicintai sembari mencintai luar biasa, 
tapi luar biasa saat mulai mencintai tanpa berharap dicintai....

berdongeng lewat cerita

#sapiembek